Narrative Paradigm


                Analisis Pada "Konferensi Pers PT. Citilink Untuk Mengubah Opini Khalayak Pada Kasus Dugaan Pilot Citilink QG-800 yang Mabuk"  Melalui Narrative Paradigm


logo-ub-kemenristek-dikti

Disusun oleh:
Noviah Nurul Islami 145120200111073
Karina Hajar Aprilia 155120207111069


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Malang
2017


I.                   PENDAHULUAN
Makalah ini menjelaskan bagaimana teori narrative paradigm (paradigma narasi) yang berlaku dalam dunia public relations. Pada makalah ini juga terdapat contoh atau studi kasus dari perisriwa dugaan pilot mabuk pesawat Citilink, yang dikaitkan dengan teori narrative paradigm (paradigma narasi) dalam praktik public relations. Melalui makalah ini diharapkan setiap mahasiswa dapat memahami teori paradigma narasi dalam praktik pada dunia public relations. Teori paradigma narasi ini sudah tidak asing lagi bagi praktisi Public Relations karena teori ini sering digunakan oleh organisasi atau perusahaan yang terkena kasus untuk memecahkan masalah dari krisis tersebut. Salah satu contohnya adalah ketika PT. Citilink terkena kasus mengenai pilot Citilink QG-800 yang diduga mabuk saat akan terbang dari surabaya menuju Halim Perdanakusuma. Pada saat itu pihak Citilink langsung mengadakan konferensi pers mengenai penjelasan atas berita tersebut hingga sampai pada pemutusan hubungan kerja Pilot QG-800 tersebut dan pengunduran diri Albert Burhan selaku CEO dari PT. Citilink

II.    PEMBAHASAN
                        Pada bab 2 ini, penulis akan menyampaikan tentang teori Narrative Paradigm (Paradigma Narasi) serta studi kasus yang berkaitan dengan teori tersebut . Tujuan dari pembahasan ini adalah agar lebih memahami mengenai teori ini dan dapat mengaitkan dan menganalisis mengenai teori dengan kejadian yang ada di lapangan.
2.1 Narrative Paradigm
     Secara Terminologis, Narrative berarti suatu cerita yang terdiri dari sekuel peristiwa dengan urutan kejadian tertentu (Kriyantono, 2014, h. 282).Teori ini digagas oleh Walter R. Fisher dalam bukunya Human Communication as Narration (1987). Fisher menyebut manusia sebagai makhluk bercerita (homo narrans, storytelling humans), maksudnya : “exeprience and comprehend life as a series of ongoing narratives, as conflicts, characters, beginning, middles, and ends (Fisher dalam Kriyantono, 2014, h. 283). Dalam teori narrative paradigm,  pesan yang disampaikan ke khalayak merupakan pesan persuasif yang gunanya untuk menarik minat pelanggan , namun pesan persiasif yang efektif bukanlah pesan tentang fakta rasional, melainkan lebih kepada pesan narasi yang dapat meyakinkan khalayak tentang alasan/argumen/justifikasi yang baik” (good reasons) untuk terlibat dalam suatu tindakan tertentu (Dainton & Zelley, 2005).
     Dalam konteks persuasi, teori ini menekankan keefektifan persuasi melalui narasi atau yang juga disebut dengan proses storytelling (Fisher, dalam Kriyantono 2004, h:283). Paradigma dalam makalah in berpendapat bahwa proses komunikasi merupakan suatu narasi, dan individu yang terlibat didalamnya berfungsi sebagai penyampai atau pencerita dari serangkaian cerita (Narasi ) itu.
2.2 Asumsi Dasar Paradigma Narrative Dan Storytelling
Fisher (1987) menjelaskan beberapa asumsi dasar paradigma narrative ini, yaitu :
a.       Manusia adalah “Makhluk bercerita” (homo narrrans/storytelling animal), individu cenderung tertarik untuk menyampaikan dan menerima suatu cerita tentang kehidupan disekitarnya. Individu akan menceritakan kisahnya pada orang lain dari pengalaman yang didapatnya dengan memahami lingkungan sekitarnya. Narasi bersifat universal, artinya semua aspek manusia semua budaya, sosial, politik, ekonomi, atau hukum melibatkan narasi.
b.      Manusia itu unik dan berbeda dari lainnya karena manusia memiliki dorongan untuk bercerita dan menyampaikan suatu cerita. Dalam sebuah narasi berisi alasan rasional logis walaupun mengedepankan sifat sifat internal subjektivitas, seperti emosi, nilai nilai, kepercayaan, ataupun pilihan estetika si pembuat pesan. 
c.       Individu memiliki cara untuk menilai senuah alasan atau argumen dimana cerita tersebut dapat dipercaya dan mana yang tidak dan cara tersebut dinamakan rasionalitas naratif (narrative rasionality) dengan metode ini individu dapat menentukan tingkat kepercayaan narasi orang lain. Dalam metode ini terdapat 2 kriteria, yaitu :
a.       Koherensi cerita (Narrative coherence) : ketika narasi masuk akal dan dapat dipercaya. Dapat disebut juga sebagai konsistensi internal, yaitu setiap sekuel cerita konsisten antara yang 1 dengan yang lain.
b.      Keakuratan cerita (Narrative Fidelity) : ketika narasi atau cerita yang terjadi sesuai dengan pengalaman individu.
d.      Penilaian tentang “ Good Reasons ” diatas sangat ditentukan oleh budaya, karakter, latar belakang, nilai nilai kepercayaan, pengalaman, ataupun kesukaan masing masing individu. Sehingga, mungkin bagi seseorang suatu narasi dianggap memiliki keakuratan cerita (Narrative Fidelity) namun tidak bagi orang yang lainnya (Fisher, 1987)
e.       Proses mengkonstruksi narasi dan produksi makna bersifat dinamis. Bagaimana seseorang individu membuat dan mengartikan narasi dipengaruhi oleh intensitas interaksi individu dengan orang lain. Individu akan memilih narasi yang mendukung proses berinteraksinya.
f.       Rasionalitas dari pesan komunikasi sangat ditentukan oleh bagaimana cara seseorang bercerita. Menurut Fisher, meyakinkan orang lain dengan menampilkan fakta dan argumen logis tidaklah cukup, tetapi perlu kemampuan dalam membentuk cerita yang koheren yang bisa merangsang aspek emosional khalayak.

Dalam kehidupan sehari hari, seperti ditulis oleh Dainton & Zelley (2005) dan Heath (2005), paradigma narasi ini sering dianggap sebagai lawan dari paradigma rasionalitas yang muncul di dunia barat. Perbandingan itu ditulis sebagai berikut :
PARADIGMA NARASI
PARADIGMA DUNIA RASIONAL
Manusia adalah makhluk bercerita (storytellers)
Manusia adaah makhluk rasional
Komunikasi, persuasi, dan pembuatan keputusan didasarkan pada logika “good reasons”
Komunikasi, persuasi, pengambilan keputusan didasarkan pada argumen rasional
Penerimaan terhadap “good reasons” ditentukan oleh karakteristik khas individu (budaya dan sebagainya)
Argumen yang kuat mendukung kriteria bagi sesuatu dianggap logis dan reliabel
Sesuatu dianggap rasional tergantung pada tingkat konsistensi dan kesesuaian cerita dengan kondisi nyata yang dialami individu
Rasionalitas ditentukan oleh akurasi informasi dan keterpercayaan dari data yang digunakan
Individu mengalami pengalaman didunia sebagai rangkaian cerita atas pengalaman yang dipilih. Proses memilih inilah yang dinamakan proses mencipta dan menciptakan suatu realitas
Dunia dan realitas dipandang sebagai rangkaian hubungan yang logis yang diekspos melalui argumentasi rasional

                 2.3 Paradigma Naratif Dalam Praktik Public Relations
        Singkatnya, teori naratif ini menyimpulkan bahwa pesan persuasi akan lebih efektif disampaikan jika pesan pesannya disusun secara deskriptif-naratif dalam bentuk cerita yang mengedepankan aspek emosional dari khalayak. Individu berupaya memahami dan mendeskripsikan dirinya kepada orang lain melalui cerita yang dibuatnya. Paradigma ini juga berlaku pada aspek organisasi terlebih pada aktifitas seorang public relations. Kegiatan Public relations mencakup kegiatan menceritakan dan mengelola cerita tentang individu, organisasi, ataupun kelompok. “Praktisi Public Relations diharapkan berupaya memengaruhi narasi yang ada di masyarakat dengan menampilkan cerita tentang organisasinya, siapa saja stakehoder-nya, apa saja yang diomongkan dan dikerjakan organisasinya” (Heath, 2005 : 558)
        Dengan membuat narasi yang dirasa efektif untuk memengaruhi opini publik, dengan membuat narasi seorang praktisi dapat membangun identitas dan citra korporat. Penyebarluasan narasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan produk tulisan dari praktisi public relations seperti : Newsletter, press release, publisitas media, majalah dinding, iklan iklan public relations (iklan yanng menjual citra organisasi bukan produknya). Ketika organisasi mengalami situasi yang krisis, seorang public relations dituntut untuk membangun suatu narasi yang menjelaskan jalan peristiwa yang terjadi dan menjelaskan apa saja langkah atau proses yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Namun, dalam menyusun narasi pesan yang akan disampaikan harus melibatkan aspek emosional khalayak bukan hanya tentang data data statistik rasional .
        Narasi yang telah dibuat dalam Produk produk tulisan seorang praktisi Public Relations harus dapat membangun interaksi antara organisasi dengan publiknya. Nantinya publik akan membandingkan narasi yang dibuat organisasi dengan apa yang telah mereka ketahui tentang peristiwa yang sedang terjadi di suatu organisasi.
2.4 Deskripsi kasus
Pada 28 Desember 2016 lalu salah satu pesawat dari maskapai Citilink mengalami insiden yang cukup menarik perhatian publik. Pesawat dengan nomor penerbangan QG 800 rute Bandara Juanda (Surabaya) menuju Bandara Halim Perdanakusuma (Jakarta) yang seharusnya sudah lepas landas sejak pukul 5 pagi tersebut mengalami ketelambatan atau delay. Keterlambatan ini dikarenakan banyaknya penumpang yang panik dan protes karena seorang kapten pilot pesawat tersebut yaitu Tekad Purna Agnimartanto menyampaikan pengumuman aneh dan tidak jelas melalui kokpit seperti orang mabuk. Para penumpang protes kepada pihak maskapai untuk segera mengganti kapten pilot yang diduga mabuk tersebut. Akhirnya flops Citilink memutuskan mengganti kapten pilot tersebut dengan kapten Wahana Agus untuk melakukan penerbangan. Sementara kapten pilot Tekad Purna Agnimartanto melalui perintah Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Suprasetyo, dibawa ke Klinik Graha Angkasa Pura I untuk melakukan tes alkohol dan narkoba. Akan tetapi hasil dari tes kesehatan tersebut menyatakan negatif.
Gambar 1. Dirut PT. Citilink Albert Burhan mengklarifikasi tentang kasus dugaan pilot Citilink yang diduga mabuk

Tidak hanya menyebabkan keterlambatan penerbangan, video berisi tentang perilaku kapten pilot yang seperti orang mabuk ini menjadi viral di media sosial. Beberapa penumpang sempat mengunggah rekaman berisi pengumuman yang disampaikan oleh kapten pilot tersebut di twitter. Setelah rekaman tersebut menjadi viral, muncul video cctv bandara yang menunjukkan seorang pilot dengan sempoyongan masuk melalui pintu pemeriksaan untuk menuju ke pesawat. Dengan berjalan sempoyongan, pilot tersebut juga tidak sadar bahwa barang barang yang ada di dalam tasnya jatuh berserakan. Saat itu, pilot yang ada di dalam rekaman cctv tersebut belum diketahui apakah pilot tersebut adalah pilot dari maskapai Citilink atau bukan. Setelah dikonfirmasi, ternyata benar bahwa pilot yang dimaksud tersebut merupakan pilot yang sama dengan pilot yang mengendarai penerbangan Citilink QG800 yaitu kapten pilot Tekad Purna Agnimartanto.
Setelah dinyatakan negative dari pengaruh alcohol dan narkoba di Klinik Graha Angkasa Pura I, Tekad kemudian melanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan lengkap dan teliti di Balai Kesehatan Penerbangan, Jakarta. Di hari yang sama, pihak Citilink melakukan press conference secara terbuka kepada media dan mengeluarkan press release di website resminya. Pihak Citilink menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan dan ketidaknyamanan yang dialami oleh seluruh penumpang dan akan melakukan investigasi lebih lanjut terkait penyebab kapten pilot tersebut yang melakukan tindakan tidak profesional.

Gambar 2. Dirut PT. Citilink memutuskan hubungan kerja dengan Pilot QG-800
Sehari setelahnya, pihak Citilink menyampaikan bahwa mereka telah memberikan sanksi tegas kepada Tekad Purna Agnimartanto dengan membebastugaskan sebagai penerbang hingga waktu yang tidak ditentukan meskipun hasil dari pemeriksaan kesehatan lanjutan belum keluar. Tindakan ini diambil karena pihak Citilink menganggap bahwa Tekad sudah melakukan pelanggaran yang fundamental, sehingga tidak perlu lagi menunggu hasil investigasi untuk diambil keputusan.
Tiga kesalahan fatal yang dilakukan oleh Tekad menurut wakil direktur komunikasi Citilink, Benny Butarbutar diantaranya adalah:
a)      Sesuai dengan UU Ketenagakerjaan nomor 30 tahun 2003, pilot Tekad dianggap ceroboh dan dianggap membahayakan keselamatan penerbangan
b)      Melanggar aturan disiplin kerja dengan terlambat datang ke bandara. Idealnya seorang pilot sudah tiba minimal 1 jam sebelum keberangkatan untuk mendapat briefing mengenai jadwal penerbangan
c)      Merusak citra dan nama perusahaan
Sehari setelah pembebastugasan Tekad, manajemen Citilink mengambil sikap dengan memutuskan hubungan kerja (PHK) terhadap Tekad. Albert Burhan selaku President & CEO Citilink menegaskan bahwa pilot yang bersangkutan dinilai telah melakukan kesalahan berat dan menunjukkan sikap serta tindakan yang tidak profesional dalam menjalan tugas. Pilot yang bersangkutan juga mengabaikan prosedur keselamatan danSetelah dinyatakan negative dari pengaruh alcohol dan narkoba di Klinik Graha Angkasa Pura I, Tekad kemudian melanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan lengkap dan teliti di Balai Kesehatan Penerbangan, Jakarta. Di hari yang sama, pihak Citilink melakukan press conference secara terbuka kepada media dan mengeluarkan press release di website resminya. Pihak Citilink menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan dan ketidaknyamanan yang dialami oleh seluruh penumpang dan akan melakukan investigasi lebih lanjut terkait penyebab kapten pilot tersebut yang melakukan tindakan tidak profesional.
Di hari yang sama, President & CEO Citilink Albert Burhan memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya. Ia mengundurkan diri bersama direktur operasional Citilink Hadinoto Soedigno. Albert Burhan mengatakan keputusan ini telah dipikirkannya sejak masalah pilot Citilink diduga mabuk ini mencuat. Dia juga mengatakan telah memberi tahu hal ini kepada pemegang saham Citilink secara lisan.

Gambar 3. CEO Citilink Albert Burhan menyampaikan pengunduran dirinya saat konferensi pers.
2.5 Kronologi kejadian
28 Desember 2016 pukul 05.09 WIB : Pilot tiba di flops dan langsung ke pesawat yang parkir di stand 5A dan sedang proses boarding. Pilot masuk ke kokpit dan di kokpit melakukan pengumuman ke kabin pesawat dengan suara yang kurang jelas sehingga hampir semua penumpang komplain dan meminta captain pilot-nya diganti.
28 Desember 2016 pukul 05.30 WIB : Seluruh penumpang turun dari pesawat. Flops Citilink memutuskan mengganti captain pilot tersebut dengan Capt. Wahana Agus. Seluruh penumpang naik ke pesawat dan 9 penumpang memutuskan cancel.
28 Desember 2016 pukul 06.20 WIB : Penerbangan QG 800 push back menuju Bandara Halim PK.
28 Desember 2016 pukul 06.35 WIB : Kapten Pilot Tekad diperiksa di klinik Graha Angkasa Pura I oleh dr. Putu dan hasil drug and alcohol test adalah negatif.
28 Desember 2016 : Muncul video yang berisi tentang rekaman pengumuman yang dilakukan oleh Kapten Pilot di Twitter.
28 Desember 2016 : Muncul rekaman cctv yang berisi seorang pilot dengan sempoyongan masuk melalui pintu pemeriksaan untuk menuju ke pesawat.
28 Desember 2016 : Pihak Citilink melakukan press conference secara terbuka kepada media dan mengeluarkan press release di website resminya. Pihak Citilink menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan dan ketidaknyamanan yang dialami oleh seluruh penumpang dan akan melakukan investigasi lebih lanjut.
29 Desember 2016 : Pihak Citilink memberikan sanksi tegas kepada Tekad Purna Agni Martanto dengan membebastugaskan sebagai penerbang hingga waktu yang tidak ditentukan meskipun hasil dari pemeriksaan kesehatan lanjutan belum keluar.
30 Desember 2016 : Manajemen Citilink mengambil sikap dengan memutuskan hubungan kerja (PHK) terhadap Tekad Purna Agnimartanto.
30 Desember 2016 : President & CEO Citilink Albert Burhan memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya.
2.6 Permasalahan
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, pihak Citilink mengalami krisis yang berasal dari internal perusahaan. Krisis ini disebabkan oleh seorang kapten pilot yang bertindak tidak profesional saat akan bertugas. Seketika video rekaman suara yang disebut sebut sebagai suara  kapten pilot Tekad Purna menjadi viral didunia maya. Kemudian pihak Citilink mengadakan press conference mengenai kasus yang mengenai kapten pilot Citilink, dalam video press conference tersebut pihak Citilink yaitu President & CEO Citilink Albert Burhan didampingi dengan VP Coorporate Communication PT. Citilink Benny Butarbutar menyampaikan kronologi peristiwa atas kasus menimpa pihak Citilink dimana kasus tersebut telah beredar luas kemudian pihak Citilink mengadakan press conference kembali untuk menyampaikan bahwa PT. Citilink memutus hubungan kerja (PHK) terhadap Tekad Purna Agnimartanto dan pengunduran diri President & CEO Citilink Albert Burhan. Tindakan yang dilakukan pihak Citilink dari press conference awal yaitu penjelasan mengenai kasus dugaan pilot mabukhingga pengunduran diri CEO Citilink, mendeskripsikan tentang bagaimana narasi dari PT. Citilink berupa press conference dapat mempersuasi opini publik.
2.7 Analisis Permasalahan
Berdasarkan kasus yang menimpa PT. Citilink, pihak PT. Citilink telah berupaya untuk menyelesaikan krisis yang mereka alami tersebut yaitu dengan mengadakan konferensi pers. Dari 3 konferensi pers yang dibuat oleh PT. Citilink dan dimuat pada 31 Desember 2016 tersebut, pihak citilink berupaya untuk membuat citra perusahaannya menjadi positif kembali. Narasi yang telah dibuat oleh pihak Citilink dalam bentuk press conference telah tepat. Dalam press conference tersebut konferensi pers pertama menjelaskan terkait dugaan pilot yang ngelantur pada pesawat Citilink QG-800 dengan tujuan penerbangan Surabaya – Halim Perdanakusuma. Dalam konferensi pers tersebut pihak Citilink menyatakan hasil awal dari Kapten Pilot adalah negatif dari dugaan narkoba. Selain itu, pihak Citilink menjelaskan bahwa pilot pesawat QG-800 telah diganti dan para penumpang telah sampai dengan selamat di tujuan (Jakarta). Kemudian, pada konferensi pers kedua pihak Citilink menyampaikan bahwa mereka memutuskan hubungan kerja dengan pilot Tekad Purna karena telah menyalahi aturan atau SOP. Pada konferensi pers yang ketiga, CEO dari PT. Citilink menyatakan mengundurkan diri. Dari hal ini terlihat bahwa pihak Citilink ingin menunjukkan kepada khalayak luas bahwa mereka bertanggung jawab dan tidak ingin terjadi hal tersebut dikemudian hari. Selain itu tindakan pengunduran diri dari CEO PT. Citilink juga dapat menunjukkan bahwa mereka mengedepankan kepentingan dan kenyaman dari pelanggan mereka.
Kaitannya dengan teori paradigma narasi ini, pihak Citilink dalam menangani kasus ini dinilai sangat baik dengan menggunakan paradigma narasi ini.  Selain mengadakan konferensi pers, pihak Citilink juga menggunakan press release yang mengklarifikasi berita tentang pilot Citilink yang diduga sedang mabuk saat akan menerbangkan pesawatnya menuju Jakarta.
press release
Gambar 4. Press Release yang dikeluarkan oleh PT. Citilink
Melalui hal ini, khalayak menjadi semakin mengikuti perkembangan terbaru dari berita tersebut sampai pada akhirnya PT. Citilink memutuskan hubungan kerja dengan pilot QG-800
press release 2jpg
Gambar 5. PT. Citilink mengeluarkan press release tentang PHK dengan pilot terkait
      Lalu, setelah dinilai bahwa pilot tersebut bersalah maka sampai pada pengunduran diri dari CEO Citilink. Disini, para khalayak dibuat untuk memainkan emosional mereka dimana PT. Citilink ingin menunjukkan bahwa mereka tidak akan mengecewakan pelanggan mereka dan PT. Citilink akan memberikan yang terbaik untuk mereka. Jika terjadi masalah seperti ini maka bentuk tanggungjawab dari PT. Citilink adalah memecat pilot tersebut dan pengunduran diri CEO PT. Citilink. Setelah pernyataan tersebut disampaikan, khalayak menjadi bangga atas tindakan yang dilakukan oleh pihak Citilink. Dengan ini menunjukkan bahwa Citilink tidak main main dengan keselamatan pelanggannya. Rasa bangga dan puas atas tindakan yang dilakukan oleh PT. Citilink tampak pada kolom komentar media youtube yang memuat video konferensi pers ketika pengunduran diri Albert Burhan selaku CEO PT. Citilink.
Gambar 6. Komentar atas bangga dan puas para khalayak
               














III.             PENUTUP
Rekomendasi
                        Dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya maka, dapat disimpulkan bahwa teori narrative paradigm sudah sangat tepat sekali digunakan dalam keadaan krisis seperti contohnya PT. Citilink ini. Serta sangat berpengaruh sekali bagi praktisi public relations. Dalam pembentukan narasi oleh organisasi yang memiliki kasus tersebut diharapkan tetap lebih memberikan keterbukaan informasi kepada khalayak luas. Apapun hasil yang terjadi sebaiknya disampaikan saja.
















DAFTAR PUSTAKA
Kriyantono, R. (2014). Teori Public Relations Perspektif Barat &Lokal : Aplikasi      Penelitian dan Praktik. Jakarta : Kencana Prenadamedia
Press Conference Citilink. Diakses pada 13/03/2017 pukul : 22.40 di https://www.youtube.com/watch?v=0p7p7RlQw64
Press Release Citilink. Diakses pada 13/03/2017 pukul : 22.15 di https://www.citilink.co.id/press-releases
Press Conference Citilink. Diakses pada 13/03/2017 pukul : 22.50 di https://www.youtube.com/watch?v=TT8kLLAUFkI&index=2&list=PLReiZ09fuszT5jcODoiW3NyJ5FoyvZZph
Press Conference Citilink. Diakses pada 13/03/2017 pukul : 23.00 di https://www.youtube.com/watch?v=TT8kLLAUFkI&index=2&list=PLReiZ09fuszT5jcODoiW3NyJ5FoyvZZph




Komentar

Postingan populer dari blog ini