Narrative Paradigm
Analisis Pada "Konferensi Pers PT. Citilink Untuk Mengubah Opini Khalayak Pada Kasus Dugaan
Pilot Citilink QG-800 yang Mabuk" Melalui Narrative Paradigm

Disusun oleh:
Noviah Nurul Islami 145120200111073
Karina Hajar Aprilia 155120207111069
Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas
Brawijaya
Malang
2017
I.
PENDAHULUAN
Makalah ini menjelaskan bagaimana teori narrative
paradigm (paradigma narasi) yang berlaku dalam dunia public relations. Pada
makalah ini juga terdapat contoh atau studi kasus dari perisriwa dugaan pilot
mabuk pesawat Citilink, yang dikaitkan dengan teori narrative paradigm
(paradigma narasi) dalam praktik public relations. Melalui makalah ini
diharapkan setiap mahasiswa dapat memahami teori paradigma narasi dalam praktik
pada dunia public relations. Teori
paradigma narasi ini sudah tidak asing lagi bagi praktisi Public Relations
karena teori ini sering digunakan oleh organisasi atau perusahaan yang terkena
kasus untuk memecahkan masalah dari krisis tersebut. Salah satu contohnya
adalah ketika PT. Citilink terkena kasus mengenai pilot Citilink QG-800 yang
diduga mabuk saat akan terbang dari surabaya menuju Halim Perdanakusuma. Pada
saat itu pihak Citilink langsung mengadakan konferensi pers mengenai penjelasan
atas berita tersebut hingga sampai pada pemutusan hubungan kerja Pilot QG-800
tersebut dan pengunduran diri Albert Burhan selaku CEO dari PT. Citilink
II.
PEMBAHASAN
Pada bab 2 ini, penulis
akan menyampaikan tentang teori Narrative Paradigm (Paradigma Narasi)
serta studi kasus yang berkaitan dengan teori tersebut . Tujuan dari
pembahasan ini adalah agar lebih memahami
mengenai teori ini dan dapat mengaitkan dan menganalisis mengenai teori dengan
kejadian yang ada di lapangan.
2.1 Narrative Paradigm
Secara
Terminologis, Narrative berarti suatu cerita yang terdiri dari sekuel peristiwa
dengan urutan kejadian tertentu (Kriyantono, 2014, h. 282).Teori ini digagas
oleh Walter R. Fisher dalam bukunya Human Communication as Narration (1987).
Fisher menyebut manusia sebagai makhluk bercerita (homo narrans, storytelling
humans), maksudnya : “exeprience and comprehend life as a series of ongoing
narratives, as conflicts, characters, beginning, middles, and ends (Fisher
dalam Kriyantono, 2014, h. 283). Dalam teori narrative paradigm, pesan
yang disampaikan ke khalayak merupakan pesan persuasif yang gunanya untuk
menarik minat pelanggan , namun pesan persiasif yang efektif bukanlah pesan
tentang fakta rasional, melainkan lebih kepada pesan narasi yang dapat
meyakinkan khalayak tentang alasan/argumen/justifikasi yang baik” (good
reasons) untuk terlibat dalam suatu tindakan tertentu (Dainton & Zelley,
2005).
Dalam konteks persuasi, teori ini
menekankan keefektifan persuasi melalui narasi atau yang juga disebut dengan
proses storytelling (Fisher, dalam Kriyantono 2004, h:283). Paradigma dalam
makalah in berpendapat bahwa proses komunikasi merupakan suatu narasi, dan
individu yang terlibat didalamnya berfungsi sebagai penyampai atau pencerita
dari serangkaian cerita (Narasi ) itu.
2.2 Asumsi Dasar Paradigma
Narrative Dan Storytelling
Fisher
(1987) menjelaskan beberapa asumsi dasar paradigma narrative ini, yaitu :
a.
Manusia adalah “Makhluk
bercerita” (homo narrrans/storytelling animal), individu cenderung tertarik
untuk menyampaikan dan menerima suatu cerita tentang kehidupan disekitarnya.
Individu akan menceritakan kisahnya pada orang lain dari pengalaman yang
didapatnya dengan memahami lingkungan sekitarnya. Narasi bersifat universal,
artinya semua aspek manusia semua budaya, sosial, politik, ekonomi, atau hukum
melibatkan narasi.
b.
Manusia itu unik dan
berbeda dari lainnya karena manusia memiliki dorongan untuk bercerita dan
menyampaikan suatu cerita. Dalam sebuah narasi berisi alasan rasional logis
walaupun mengedepankan sifat sifat internal subjektivitas, seperti emosi, nilai
nilai, kepercayaan, ataupun pilihan estetika si pembuat pesan.
c.
Individu memiliki cara
untuk menilai senuah alasan atau argumen dimana cerita tersebut dapat dipercaya
dan mana yang tidak dan cara tersebut dinamakan rasionalitas naratif (narrative rasionality) dengan metode ini
individu dapat menentukan tingkat kepercayaan narasi orang lain. Dalam metode
ini terdapat 2 kriteria, yaitu :
a.
Koherensi cerita (Narrative coherence) : ketika narasi
masuk akal dan dapat dipercaya. Dapat disebut juga sebagai konsistensi
internal, yaitu setiap sekuel cerita konsisten antara yang 1 dengan yang lain.
b. Keakuratan
cerita (Narrative Fidelity) : ketika
narasi atau cerita yang terjadi sesuai dengan pengalaman individu.
d.
Penilaian tentang “ Good Reasons ” diatas sangat ditentukan
oleh budaya, karakter, latar belakang, nilai nilai kepercayaan, pengalaman,
ataupun kesukaan masing masing individu. Sehingga, mungkin bagi seseorang suatu
narasi dianggap memiliki keakuratan cerita (Narrative
Fidelity) namun tidak bagi orang yang lainnya (Fisher, 1987)
e.
Proses mengkonstruksi
narasi dan produksi makna bersifat dinamis. Bagaimana seseorang individu
membuat dan mengartikan narasi dipengaruhi oleh intensitas interaksi individu
dengan orang lain. Individu akan memilih narasi yang mendukung proses
berinteraksinya.
f.
Rasionalitas dari pesan
komunikasi sangat ditentukan oleh bagaimana cara seseorang bercerita. Menurut
Fisher, meyakinkan orang lain dengan menampilkan fakta dan argumen logis
tidaklah cukup, tetapi perlu kemampuan dalam membentuk cerita yang koheren yang
bisa merangsang aspek emosional khalayak.
Dalam
kehidupan sehari hari, seperti ditulis oleh Dainton & Zelley (2005) dan
Heath (2005), paradigma narasi ini sering dianggap sebagai lawan dari paradigma
rasionalitas yang muncul di dunia barat. Perbandingan itu ditulis sebagai
berikut :
PARADIGMA NARASI
|
PARADIGMA DUNIA RASIONAL
|
Manusia adalah makhluk bercerita
(storytellers)
|
Manusia adaah makhluk rasional
|
Komunikasi, persuasi, dan pembuatan
keputusan didasarkan pada logika “good reasons”
|
Komunikasi, persuasi, pengambilan
keputusan didasarkan pada argumen rasional
|
Penerimaan terhadap “good
reasons” ditentukan oleh karakteristik khas individu (budaya dan sebagainya)
|
Argumen yang kuat mendukung
kriteria bagi sesuatu dianggap logis dan reliabel
|
Sesuatu dianggap rasional
tergantung pada tingkat konsistensi dan kesesuaian cerita dengan kondisi
nyata yang dialami individu
|
Rasionalitas ditentukan oleh akurasi
informasi dan keterpercayaan dari data yang digunakan
|
Individu mengalami pengalaman
didunia sebagai rangkaian cerita atas pengalaman yang dipilih. Proses memilih
inilah yang dinamakan proses mencipta dan menciptakan suatu realitas
|
Dunia dan realitas dipandang
sebagai rangkaian hubungan yang logis yang diekspos melalui argumentasi
rasional
|
2.3 Paradigma Naratif Dalam Praktik Public
Relations
Singkatnya, teori naratif ini menyimpulkan
bahwa pesan persuasi akan lebih efektif disampaikan jika pesan pesannya disusun
secara deskriptif-naratif dalam bentuk cerita yang mengedepankan aspek
emosional dari khalayak. Individu berupaya memahami dan mendeskripsikan dirinya
kepada orang lain melalui cerita yang dibuatnya. Paradigma ini juga berlaku
pada aspek organisasi terlebih pada aktifitas seorang public relations.
Kegiatan Public relations mencakup kegiatan menceritakan dan mengelola cerita
tentang individu, organisasi, ataupun kelompok. “Praktisi Public Relations
diharapkan berupaya memengaruhi narasi yang ada di masyarakat dengan
menampilkan cerita tentang organisasinya, siapa saja stakehoder-nya, apa saja yang diomongkan dan dikerjakan
organisasinya” (Heath, 2005 : 558)
Dengan membuat narasi yang dirasa
efektif untuk memengaruhi opini publik, dengan membuat narasi seorang praktisi
dapat membangun identitas dan citra korporat. Penyebarluasan narasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan produk tulisan dari praktisi public relations
seperti : Newsletter, press release, publisitas media, majalah dinding, iklan
iklan public relations (iklan yanng menjual citra organisasi bukan produknya).
Ketika organisasi mengalami situasi yang krisis, seorang public relations
dituntut untuk membangun suatu narasi yang menjelaskan jalan peristiwa yang
terjadi dan menjelaskan apa saja langkah atau proses yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah. Namun, dalam menyusun narasi pesan yang akan disampaikan
harus melibatkan aspek emosional khalayak bukan hanya tentang data data
statistik rasional .
Narasi yang telah dibuat dalam Produk
produk tulisan seorang praktisi Public Relations harus dapat membangun
interaksi antara organisasi dengan publiknya. Nantinya publik akan
membandingkan narasi yang dibuat organisasi dengan apa yang telah mereka
ketahui tentang peristiwa yang sedang terjadi di suatu organisasi.
2.4 Deskripsi
kasus
Pada 28 Desember 2016 lalu salah satu pesawat dari
maskapai Citilink mengalami insiden yang cukup menarik perhatian publik. Pesawat
dengan nomor penerbangan QG 800 rute Bandara Juanda (Surabaya) menuju Bandara
Halim Perdanakusuma (Jakarta) yang seharusnya sudah lepas landas sejak pukul 5
pagi tersebut mengalami ketelambatan atau delay. Keterlambatan ini dikarenakan
banyaknya penumpang yang panik dan protes karena seorang kapten pilot pesawat
tersebut yaitu Tekad Purna Agnimartanto menyampaikan pengumuman aneh dan tidak
jelas melalui kokpit seperti orang mabuk. Para penumpang protes kepada pihak
maskapai untuk segera mengganti kapten pilot yang diduga mabuk tersebut.
Akhirnya flops Citilink memutuskan mengganti kapten pilot tersebut dengan
kapten Wahana Agus untuk melakukan penerbangan. Sementara kapten pilot Tekad
Purna Agnimartanto melalui perintah Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Kementerian Perhubungan, Suprasetyo, dibawa ke Klinik Graha Angkasa Pura I
untuk melakukan tes alkohol dan narkoba. Akan tetapi hasil dari tes kesehatan
tersebut menyatakan negatif.

Gambar
1. Dirut PT. Citilink Albert Burhan mengklarifikasi tentang kasus dugaan pilot
Citilink yang diduga mabuk
Tidak hanya menyebabkan keterlambatan penerbangan,
video berisi tentang perilaku kapten pilot yang seperti orang mabuk ini menjadi
viral di media sosial. Beberapa penumpang sempat mengunggah rekaman berisi
pengumuman yang disampaikan oleh kapten pilot tersebut di twitter. Setelah
rekaman tersebut menjadi viral, muncul video cctv bandara yang menunjukkan
seorang pilot dengan sempoyongan masuk melalui pintu pemeriksaan untuk menuju
ke pesawat. Dengan berjalan sempoyongan, pilot tersebut juga tidak sadar bahwa
barang barang yang ada di dalam tasnya jatuh berserakan. Saat itu, pilot yang
ada di dalam rekaman cctv tersebut belum diketahui apakah pilot tersebut adalah
pilot dari maskapai Citilink atau bukan. Setelah dikonfirmasi, ternyata benar
bahwa pilot yang dimaksud tersebut merupakan pilot yang sama dengan pilot yang
mengendarai penerbangan Citilink QG800 yaitu kapten pilot Tekad Purna Agnimartanto.
Setelah dinyatakan negative dari pengaruh alcohol
dan narkoba di Klinik Graha Angkasa Pura I, Tekad kemudian melanjutkan dengan
pemeriksaan kesehatan lengkap dan teliti di Balai Kesehatan Penerbangan,
Jakarta. Di hari yang sama, pihak Citilink melakukan press conference secara
terbuka kepada media dan mengeluarkan press release di website resminya. Pihak
Citilink menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan dan ketidaknyamanan
yang dialami oleh seluruh penumpang dan akan melakukan investigasi lebih lanjut
terkait penyebab kapten pilot tersebut yang melakukan tindakan tidak
profesional.
![]() |
Gambar 2. Dirut PT. Citilink memutuskan hubungan kerja dengan Pilot QG-800
Sehari setelahnya, pihak Citilink menyampaikan bahwa
mereka telah memberikan sanksi tegas kepada Tekad Purna Agnimartanto dengan
membebastugaskan sebagai penerbang hingga waktu yang tidak ditentukan meskipun
hasil dari pemeriksaan kesehatan lanjutan belum keluar. Tindakan ini diambil
karena pihak Citilink menganggap bahwa Tekad sudah melakukan pelanggaran yang
fundamental, sehingga tidak perlu lagi menunggu hasil investigasi untuk diambil
keputusan.
Tiga kesalahan fatal yang dilakukan oleh Tekad
menurut wakil direktur komunikasi Citilink, Benny Butarbutar diantaranya
adalah:
a) Sesuai
dengan UU Ketenagakerjaan nomor 30 tahun 2003, pilot Tekad dianggap ceroboh dan
dianggap membahayakan keselamatan penerbangan
b) Melanggar
aturan disiplin kerja dengan terlambat datang ke bandara. Idealnya seorang
pilot sudah tiba minimal 1 jam sebelum keberangkatan untuk mendapat briefing
mengenai jadwal penerbangan
c) Merusak
citra dan nama perusahaan
Sehari setelah pembebastugasan Tekad, manajemen
Citilink mengambil sikap dengan memutuskan hubungan kerja (PHK) terhadap Tekad.
Albert Burhan selaku President & CEO Citilink menegaskan bahwa pilot yang
bersangkutan dinilai telah melakukan kesalahan berat dan menunjukkan sikap
serta tindakan yang tidak profesional dalam menjalan tugas. Pilot yang
bersangkutan juga mengabaikan prosedur keselamatan danSetelah dinyatakan negative
dari pengaruh alcohol dan narkoba di Klinik Graha Angkasa Pura I, Tekad
kemudian melanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan lengkap dan teliti di Balai
Kesehatan Penerbangan, Jakarta. Di hari yang sama, pihak Citilink melakukan
press conference secara terbuka kepada media dan mengeluarkan press release di
website resminya. Pihak Citilink menyampaikan permohonan maaf atas
keterlambatan dan ketidaknyamanan yang dialami oleh seluruh penumpang dan akan
melakukan investigasi lebih lanjut terkait penyebab kapten pilot tersebut yang
melakukan tindakan tidak profesional.
Di hari yang sama, President & CEO Citilink
Albert Burhan memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya. Ia mengundurkan
diri bersama direktur operasional Citilink Hadinoto Soedigno. Albert Burhan
mengatakan keputusan ini telah dipikirkannya sejak masalah pilot Citilink
diduga mabuk ini mencuat. Dia juga mengatakan telah memberi tahu hal ini kepada
pemegang saham Citilink secara lisan.
![]() |
Gambar 3. CEO Citilink Albert Burhan menyampaikan pengunduran dirinya saat konferensi pers.
2.5 Kronologi kejadian
28 Desember 2016 pukul 05.09 WIB : Pilot tiba di
flops dan langsung ke pesawat yang parkir di stand 5A dan sedang proses
boarding. Pilot masuk ke kokpit dan di kokpit melakukan pengumuman ke kabin
pesawat dengan suara yang kurang jelas sehingga hampir semua penumpang komplain
dan meminta captain pilot-nya diganti.
28 Desember 2016 pukul 05.30 WIB : Seluruh penumpang
turun dari pesawat. Flops Citilink memutuskan mengganti captain pilot tersebut
dengan Capt. Wahana Agus. Seluruh penumpang naik ke pesawat dan 9 penumpang
memutuskan cancel.
28 Desember 2016 pukul 06.20 WIB : Penerbangan QG
800 push back menuju Bandara Halim PK.
28 Desember 2016 pukul 06.35 WIB : Kapten Pilot
Tekad diperiksa di klinik Graha Angkasa Pura I oleh dr. Putu dan hasil drug and
alcohol test adalah negatif.
28 Desember 2016 : Muncul video yang berisi tentang
rekaman pengumuman yang dilakukan oleh Kapten Pilot di Twitter.
28 Desember 2016 : Muncul rekaman cctv yang berisi
seorang pilot dengan sempoyongan masuk melalui pintu pemeriksaan untuk menuju
ke pesawat.
28 Desember 2016 : Pihak Citilink melakukan press
conference secara terbuka kepada media dan mengeluarkan press release di
website resminya. Pihak Citilink menyampaikan permohonan maaf atas
keterlambatan dan ketidaknyamanan yang dialami oleh seluruh penumpang dan akan
melakukan investigasi lebih lanjut.
29 Desember 2016 : Pihak Citilink memberikan sanksi
tegas kepada Tekad Purna Agni Martanto dengan membebastugaskan sebagai penerbang
hingga waktu yang tidak ditentukan meskipun hasil dari pemeriksaan kesehatan
lanjutan belum keluar.
30 Desember 2016 : Manajemen Citilink mengambil
sikap dengan memutuskan hubungan kerja (PHK) terhadap Tekad Purna Agnimartanto.
30 Desember 2016 : President & CEO Citilink
Albert Burhan memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya.
2.6 Permasalahan
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, pihak
Citilink mengalami krisis yang berasal dari internal perusahaan. Krisis ini
disebabkan oleh seorang kapten pilot
yang bertindak tidak profesional saat akan bertugas. Seketika video rekaman suara yang disebut sebut sebagai
suara kapten pilot Tekad Purna menjadi
viral didunia maya. Kemudian pihak Citilink mengadakan press conference
mengenai kasus yang mengenai kapten pilot Citilink, dalam video press
conference tersebut pihak Citilink yaitu President
& CEO Citilink Albert Burhan
didampingi dengan VP Coorporate Communication PT. Citilink Benny Butarbutar
menyampaikan kronologi peristiwa atas kasus menimpa pihak Citilink dimana kasus
tersebut telah beredar luas kemudian pihak Citilink mengadakan press conference
kembali untuk menyampaikan bahwa PT. Citilink memutus hubungan kerja (PHK)
terhadap Tekad Purna Agnimartanto dan pengunduran diri President
& CEO Citilink Albert Burhan.
Tindakan yang dilakukan pihak Citilink dari press conference awal yaitu
penjelasan mengenai kasus dugaan pilot mabukhingga pengunduran diri CEO
Citilink, mendeskripsikan tentang bagaimana narasi dari PT. Citilink berupa
press conference dapat mempersuasi opini publik.
2.7 Analisis Permasalahan
Berdasarkan kasus yang menimpa PT. Citilink, pihak PT.
Citilink telah berupaya untuk menyelesaikan krisis yang mereka alami tersebut
yaitu dengan mengadakan konferensi pers. Dari 3 konferensi pers yang dibuat
oleh PT. Citilink dan dimuat pada 31 Desember 2016 tersebut, pihak citilink
berupaya untuk membuat citra perusahaannya menjadi positif kembali. Narasi yang
telah dibuat oleh pihak Citilink dalam bentuk press conference telah tepat. Dalam
press conference tersebut konferensi pers pertama menjelaskan terkait dugaan
pilot yang ngelantur pada pesawat Citilink QG-800 dengan tujuan penerbangan
Surabaya – Halim Perdanakusuma. Dalam konferensi pers tersebut pihak Citilink
menyatakan hasil awal dari Kapten Pilot adalah negatif dari dugaan narkoba.
Selain itu, pihak Citilink menjelaskan bahwa pilot pesawat QG-800 telah diganti
dan para penumpang telah sampai dengan selamat di tujuan (Jakarta). Kemudian,
pada konferensi pers kedua pihak Citilink menyampaikan
bahwa mereka memutuskan hubungan kerja dengan pilot Tekad Purna karena telah
menyalahi aturan atau SOP. Pada konferensi pers yang ketiga, CEO dari PT.
Citilink menyatakan mengundurkan diri. Dari hal ini terlihat bahwa pihak
Citilink ingin menunjukkan kepada khalayak luas bahwa mereka bertanggung jawab
dan tidak ingin terjadi hal tersebut dikemudian hari. Selain itu tindakan
pengunduran diri dari CEO PT. Citilink juga dapat menunjukkan bahwa mereka
mengedepankan kepentingan dan kenyaman dari pelanggan mereka.
Kaitannya dengan teori paradigma narasi ini, pihak
Citilink dalam menangani kasus ini dinilai sangat baik dengan menggunakan
paradigma narasi ini. Selain mengadakan
konferensi pers, pihak Citilink juga menggunakan press release yang mengklarifikasi berita tentang pilot Citilink
yang diduga sedang mabuk saat akan menerbangkan pesawatnya menuju Jakarta.

Gambar 4. Press Release yang dikeluarkan oleh PT.
Citilink
Melalui hal ini, khalayak menjadi semakin mengikuti
perkembangan terbaru dari berita tersebut sampai pada akhirnya PT. Citilink
memutuskan hubungan kerja dengan pilot QG-800

Gambar 5. PT. Citilink mengeluarkan press release tentang
PHK dengan pilot terkait
Lalu, setelah
dinilai bahwa pilot tersebut bersalah maka sampai pada pengunduran diri dari
CEO Citilink. Disini, para khalayak dibuat untuk memainkan emosional mereka
dimana PT. Citilink ingin menunjukkan bahwa mereka tidak akan mengecewakan
pelanggan mereka dan PT. Citilink akan memberikan yang terbaik untuk mereka.
Jika terjadi masalah seperti ini maka bentuk tanggungjawab dari PT. Citilink
adalah memecat pilot tersebut dan pengunduran diri CEO PT. Citilink. Setelah
pernyataan tersebut disampaikan, khalayak menjadi bangga atas tindakan yang
dilakukan oleh pihak Citilink. Dengan ini menunjukkan bahwa Citilink tidak main
main dengan keselamatan pelanggannya. Rasa bangga dan puas atas tindakan yang
dilakukan oleh PT. Citilink tampak pada kolom komentar media youtube yang
memuat video konferensi pers ketika pengunduran diri Albert Burhan selaku CEO
PT. Citilink.

Gambar 6. Komentar atas bangga dan puas para khalayak
III.
PENUTUP
Rekomendasi
Dengan
yang sudah dijelaskan sebelumnya maka, dapat disimpulkan bahwa teori narrative paradigm sudah sangat tepat
sekali digunakan dalam keadaan krisis seperti contohnya PT. Citilink ini. Serta
sangat berpengaruh sekali bagi praktisi public relations. Dalam pembentukan
narasi oleh organisasi yang memiliki kasus tersebut diharapkan tetap lebih
memberikan keterbukaan informasi kepada khalayak luas. Apapun hasil yang
terjadi sebaiknya disampaikan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Kriyantono, R. (2014). Teori Public Relations Perspektif Barat &Lokal : Aplikasi Penelitian dan Praktik. Jakarta :
Kencana Prenadamedia
Press Conference Citilink. Diakses pada 13/03/2017 pukul
: 22.40 di https://www.youtube.com/watch?v=0p7p7RlQw64
Press Release Citilink. Diakses pada 13/03/2017 pukul :
22.15 di https://www.citilink.co.id/press-releases
Press Conference Citilink. Diakses pada 13/03/2017 pukul
: 22.50 di https://www.youtube.com/watch?v=TT8kLLAUFkI&index=2&list=PLReiZ09fuszT5jcODoiW3NyJ5FoyvZZph
Press Conference Citilink. Diakses pada 13/03/2017 pukul
: 23.00 di https://www.youtube.com/watch?v=TT8kLLAUFkI&index=2&list=PLReiZ09fuszT5jcODoiW3NyJ5FoyvZZph
Komentar
Posting Komentar